Pernahkan kalian
ingat, kapan kalian terakhir menangis? Menangisi kesalahan yang kita lakukan
dengan penuh penyesalan agar kedepannya tidak melakukan hal serupa. Itulah yang
dipikirkan sekarang ini,
Kapan terakhir
kali kita meneteskan air mata,
Untuk setiap
kekhilafan yang pernah dilakukan,
Untuk setiap
lisan yang berucap, mencela orang lain, menyakiti perasaan mereka,
Berkata kasar
kepada orang yang paling berjasa bagi kita, ibu dan ayah kita.
Perbuatan-perbuatan
yang negatif yang terus kita lakukan,
Aku merasa iri pada mereka yang gampang tersentuh dan
mengeluarkan airmata tanda penyesalan yang keluar dari relung hati. Aku bahkan
sudah lupa kapan terakhir kalinya meneteskan airmata ini, tanda bahwa aku menyesal,
menyesal yang mendalam.
“tanda – tanda orang yang hatinya sudah menjadi batu dan
dijauhkan dari kebenaran ialah susah untuk mengeluarkan airmata”. Itu yang aku
baca diartikel pada sebuah blog diinternet. Apakah hatiku sudah membatu??? Pertanyaan
ini selalu muncul dibenak.
Benar – benar mengganggu pikiran. Aku tak ingin menjadi batu
yang jauh dari kebenaran. Kebenaran tentang dunia ini yang penuh dengan
rahasia2 besar didalamnya.
Sebuah
seminar mengenai siapa diri anda sebenarnya aku ikuti,,,
sampailah pada perjalan rohani (spiritual). Sebelum mulai, kali ini aku meniatkan dalam hati kepada Sang Pencipta “ya Allah, jika aku bukan batu yang menumpuk dibumi ini, izinkanlah aku untuk menangis. Menangis karena menyesal akan kesalahan – kesalahan yang pernah aku perbuat. Aku ingin meneteskan air mata ini sebanyak-banyaknya agar hati ini kembali basah tersirami mengakhiri gersang didada. Dengan pengharapan agar aku menjadi orang yg lebih baik lagi dan melapangkan kembali dada ini setelah membuang ampas2 yg menumpuk didada”.
perjalanan spiritual pun dimulai, aku menutup mata mengikuti apa yang disampaikan oleh pemateri. Pada bagian pertama perjalan spiritual ini, pemateri membawa peserta untuk mengingat hal sia-sia yang memakan waktu kita,,, aku teringat berapa banyaknya waktu yang dihabiskan percuma. Ini membuat aku ingin kembali lagi kemasa lalu, untuk menghajar diriku sendiri. Sesak rasanya ketika ingat waktu kita terbuang pada kegiatan-kegiatan yang sia-sia.
Sampai pada tahap, pemateri membawa peserta lebih dalam yaitu pada kedua orang tua kita.
sampailah pada perjalan rohani (spiritual). Sebelum mulai, kali ini aku meniatkan dalam hati kepada Sang Pencipta “ya Allah, jika aku bukan batu yang menumpuk dibumi ini, izinkanlah aku untuk menangis. Menangis karena menyesal akan kesalahan – kesalahan yang pernah aku perbuat. Aku ingin meneteskan air mata ini sebanyak-banyaknya agar hati ini kembali basah tersirami mengakhiri gersang didada. Dengan pengharapan agar aku menjadi orang yg lebih baik lagi dan melapangkan kembali dada ini setelah membuang ampas2 yg menumpuk didada”.
perjalanan spiritual pun dimulai, aku menutup mata mengikuti apa yang disampaikan oleh pemateri. Pada bagian pertama perjalan spiritual ini, pemateri membawa peserta untuk mengingat hal sia-sia yang memakan waktu kita,,, aku teringat berapa banyaknya waktu yang dihabiskan percuma. Ini membuat aku ingin kembali lagi kemasa lalu, untuk menghajar diriku sendiri. Sesak rasanya ketika ingat waktu kita terbuang pada kegiatan-kegiatan yang sia-sia.
Sampai pada tahap, pemateri membawa peserta lebih dalam yaitu pada kedua orang tua kita.
“apa
yang telah kita perbuat untuk kedua orang tua kita? Apakah hanya dengan
menyakiti hati mereka saja, menghambur-hamburkan uang mereka saja. Meraka membanting
tulang untuk kita dengan keringat yang mengucur setiap menitnya, apakah hanya
kita gunakan untuk berfoya-foya saja...?”
“kalian
bayangkan ketika senyum mereka sudah tidak ada lagi, ketika mereka sudah tidak
ada lagi? Apa yang sudah kita berikan pada mereka pada saat itu... apa hanya
penyesalan saja,,, karena hari-hari yang kita lakukan hanya membuat mereka bersedih”
,,, bla bla bla....
Syukur Syukur |
Seketika,,,
mata yang terpejam ini meneteskan air mata, makin lama makin tak tertahan...
aku menangis sepuas-puasnya penuh penyesalan. Aku tak ingin berakhir seperti
apa yang disampaikan pemateri. Muka ini sembap dengan air mata, lutut bergegar
tak kuat menopang ketika berdiri setelah perjalan spiritual selesai....
Dalam hati aku sangat bersyukur, bahwa aku bukan batu seperti dugaan.
Telapak tangan dibentangkan sembari berdoa agar aku bisa menjadi orang yang lebih baik setiap harinya. Setiap harinya penuh dengan hal2 bermanfaat dan berguna bagi orang lain disekelilingku.
Dalam hati aku sangat bersyukur, bahwa aku bukan batu seperti dugaan.
Telapak tangan dibentangkan sembari berdoa agar aku bisa menjadi orang yang lebih baik setiap harinya. Setiap harinya penuh dengan hal2 bermanfaat dan berguna bagi orang lain disekelilingku.
Pemateri
yang aku saluti ini, seorang guru besar. Aku kagum akan penyampaiannya yg mudah
sekali masuk dan menyentuh.
Terimah
kasih dari saya (LD) untuk Bapak DP....
kontak- Twitter @donnykarebet